Sunday, January 31, 2010

Tahapan wawancara

A. Persiapan Wawancara

Untuk melakukan wawancara memerlukan persiapan dengan langkah-langklah sebagai berikut:

Pertama, sebelum melakukan wawancara harus menguasai persoalan yang akan dipercakapkan, kalau perlu membuat daftar pertanyaan dari yang bersifat umum sampai detail.

Kedua, tahapan berikutnya menentukan arah permalahan yang digali dengan dilengkapi berbagai berita berkaitan dengan bahan yang akan dijadikan bahan wawancara.

Ketiga, setelah menentukan permasalahan, menetapkan siapa-siapa saja yang akan menjadi nara sumber untuk diwawancarai. Dalam hal ini harus jelas kriterianya mengapa dalam masalah ini harus mewawancarai nara sumber tersebut.

Keempat, mengenali sifat-sifatnya yang akan menjadi nara sumber sebelum terjadi wawancara. Untuk mengenali lebih dekat nara sumber, bertanya kepada oranglain yang tahu atau dekat dengan nara sumber, atau membaca tulisan dan riwayat hidup termasuk hobi, keluarganya, dan kesukaan lainnya.

Kelima, sebelum bertatap muka membuat janji dulu sebelum melakukan wawancara, untuk meminta dan m,enentukan kapan waktu yang luang dan tepat tepat untuk melakukan wawancara, karena biasanya sumber berita person yang sibuk, sehingga pengaturan waktu cukup ketat.

Keenam, yang tak kalah pentingnya persiapan mental untuk mengadakan wawancara, karena masing-masing pribadi punya karakter yang berbeda, sehingga diperlukan membaca karakter calon nara sumber. Persiapan lainnya, peralatan yang diperlukan antara lain, bloknote, ballpoint, tape recorder atau kamera kalau memang diperlukan. Dianjurkan untuk berpakaian rapi dan menghindari penampilan yang kurang sopan.

Persiapan-persiapan tersebut penting untuk mendapat perhatian, karena jangan sampai mempermalukan diri sendiri, lebih-lebih lembaga yang menjadi induk dari kegiatan wawancara ini. Dengan persiapan yang matang insya Allah mampu menggali sumber berita atau informasi yang diperlukan untuk mengembangkan berita dan sekali lagi sebelum bertemu dengan nara sumber cek ulang peralatan jurnalistik.

Untuk mendapatkan hasil yang baik maka harus mampu menemukan orang yang, sesuai dengan bidang dan keahlian, atau bisa juga karena hobi terkait dengan permasalahan yang akan menjadi topik wawancara. Misalnya, soal kerusakan lingkungan tentunya wawancara di arahkan kepada orang-orang menguasai masalah tersebut, sehingga pembicaraan ‘nyambung’.

Kalau sudah ada janji mau wawancara dan waktu sudah ditentukan maka sudah selayaknya menepati waktu yang sudah disepakati bersama. Namun wawancara itu bisa dilakukan di manadan kapan saja, asal sama-sama dalam kondisi yang memang sifatnya serba mendadak, tetapi penguasan masalah tetap harus dipegang, supaya informasi yang didapatkan sesuai dan memberi nilai tambah pada berita yang diharapkan.

Wawancara bisa dilaksanakan di mana saja, seperti di depan pintu, ketika nara sumber sedang masuk mobil asal nara sumber memberi kesempatan seperti itu. Namun itu diperlukan persiapan matang dari wartawan yang bersangkutan, terutama pengenalan lebih dulu pewancara dengan nara sumber.

B. Penulisan Wawancara

Hasil wawancara dituangkan dalam beberapa bentuk penulisan sesuai dengan tujuan wawancara yang telah dilakukan. Bila hasil wawancara akan digabungkan dengan hasil wawancara yang lain, cara menuliskannya akan lain dengan bentuk penulisan yang didasarkan pada satu wawancara. Hasil wawancara dapat dipergunakan untuk bahan penulisan berita atau straight news, laporan atau tulisan khusus wawancara.

Wawancara adalah salah satu faktor penting dalam menggali informasi dari nara

sumber, dalam hal ini rumah tangga sample. Dengan teknik wawancara yang baik

dan benar diharapkan tujuan interview akan tercapai. Setiap enumerator harus

mengetahui teknik wawancara yang efisien dan efektif.

2.1. Etika dalam Wawancara

Etika Wawancara

· Identifikasi diri dengan menyebutkan nama dan nama organisasi Anda untuk wawancara resmi.

· Jelaskan maksud dan topic wawancara pada nara sumber Anda.

· Bila membuat janji, datanglah tepat pada waktu yang dijanjikan.

· Off the record, hormati permintaan nara sumber, bila suatu keterangan diminta untuk tidak disiarkan.

· Attribusi sumber, hormati permintaan sumber bila nama dan kedudukannya tidak ingin disebut.

2.5.1. Kiat-kiat melakukan wawancara yang baik

§ Decide whom to interview

Penting sekali menentukan siapa yang akan Anda wawancara dalam sebuah kasus atau peristiwa. Misalnya siapa yang langsung terlibat dalam peristiwa itu? Siapa yang terkena akibat dari peristiwa itu (misalnya penggusuran)? Siapa yang bertanggung jawab atas kejadian peristiwa itu (misalnya jatuhnya pesawat Adam Air).

§ Persuade reluctant source

Nara sumber wawancara seharusnya dapat dibujuk untuk memberikan keterangan. Ada beberapa alasan mengapa mereka tidak mau bicara.
- Mereka tidak memiliki waktu. Maka tawarkan tempat dan waktu yang nyaman bagi mereka. Kita akan datang ke tempat mereka dan kita akan membatasi waktu wawancara.

- Mereka takut memberikan keterangan. Jelaskan apa yang Anda inginkan. Jelaskan mengapa keterangan mereka itu penting. Kalau mereka takut memberikan wawancara, jangan buat kata-kata “wawancara”, buatlah istilah mau bicara atau ngobrol.

- Mereka tidak tahun apa yang dikatakan. Mungkin Anda memilih sumber yang salah atau mungkin tidak jelas mengenai apa keinginan Anda. Jelaskan apa yang diinginkan. Mengenai wawancara dengan anak-anak perhatikan unsur-unsur hukum dan etika.

- Mereka dilindungi. Nara sumber penting ini kadang-kadang terhalang oleh sekretaris, orang humas atau ajuan. Jika memungkinkan tulislah surat permohonan langsung. Atau telepon mereka sesudah bekerja. Jika ada kesempatan menyaksikan mereka bermain olahraga, datangi dengan sopan, siapa tahu bisa. Atau bisa juga didatangi ketika hadir dalam sebuah acara.

§ Prepare for interviews

Adakan penelitian kecil-kecilan mengenai orang yang akan dihadapi. Tanyakan kepada orang lain mengenai nara sumber itu, baca pula tulisan mengenai dirinya. Jika Anda berhadapan dengan orang terkenal, jangan ajukan pertanyaan sama seperti jurnalis lainnya. Ajukan dengan cara dan pandang yang baru. Gunakan pula kekuatan internet untuk menggali data atau bicara dengan rekan jurnalis lainnya.

Selain mengkaji orang yang akan didatangi, Anda juga sebaiknya meneliti topik yang akan dijadikan wawancara. Pengetahuan yang cukup mengenai topik wawancara akan memberi Anda kredibilitas dimata nara sumber. Semakin banyak diketahui topik yang akan dibicarakan, semakin baik liputannya.

§ Know your purpose

Ketahuilah tujuan Anda sebenarnya wawancara itu. Apakah Anda menginginkan wawancara untuk mendapatkan informasi faktual atau apakah Anda ingin hanya reaksi dan tanggapan terhadap situasi tertentu. Bisa pula tujuan wawancara itu untuk mendapatkan pengertian mendalam mengenais seseorang. Tujuan wawancara ini akan memudahkan menyiapkan pertanyaan-pertanyaan.

2.2. Tujuan Wawancara

Orang-orang melakukan wawancara untuk tujuan-tujuan yang berhubungan dengan tugas; mereka punya sesuatu yang ingin mereka capai, yakni, menyeleksi seseorang untuk suatu pekerjaan, mengumpulkan data penelitian, menerima pasien, atau menulis kisah berita. Tujuan terkait tugas inilah yang membedakan wawancara dari sekedar perbincangan biasa. Suatu percakapan bisa sampai kemana saja; akan tetapi, wawancara harus difokuskan pada kandungan isi yang sesuai dengan tujuan anda.

Wawancara

Wawancara

(interviewee) atau disebut juga responden.

Charles Stewart dan W. B. Cash mendefinisikannya sebagai “sebuah Wawancara merupakan istilah yang diciptakan dalam bahasa Indonesia untuk menggantikan kata asing Interview (dari bahasa Belanda atau Inggris), yang digunakan oleh pers Indonesia sampai akhir tahun 1950-an. Orang yang mewancarai disebut Pewawancara (interviewer) dan yang diwawancarai disebut pemberi wawancaraproses komunikasi berpasangan dengan suatu tujuan yang serius dan telah ditetapkan sebelumnya yang dirancang untuk bertukar perilaku dan melibatkan tanya jawab”

Robert Kahn dan Charles Channel mendefinisikan wawancara sebagai “suatu pola yang dikhususkan dari interaksi verbal – diprakarsai untuk suatu tujuan tertentu, dan difokuskan pada sejumlah bidang kandungan tertentu, dengan proses eliminasi materi yang tak ada kaitannya secara berkelanjutan”.Karena kata “mewawancarai” dalam penggunaan sehari-hari mengacu pada begitu banyak jenis interaksi yang berbeda-beda, sulit untuk menulis satu definisi yang mampu mengakomodasi semuanya. Meskipun demikian, penting bagi kita untuk menetapkan sebuah definisi mendasar sebagai sebuah kerangka acuan. Oleh karenanya, kami mendefinisikan wawancara sebagai suatu bentuk yang dikhususkan dari komunikasi lisan dan bertatap muka antara orang-orang dalam sebuah hubungan interpersonal yang dimasuki untuk sebuah tujuan tertentu yang diasosiasikan dengan pokok bahasan tertentu. Pembahasan mengenai beberapa istilah kunci dari definisi ini akan menjadikannya lebih bermakna.

Wawancara sangat penting dalam dunia jurnalistik. Dalam dunia jurnalistik, seorang wartawan harus melakukan persiapan yang cukup sebelum mewawancarai seseorang. Selain itu juga harus memahami betul masalah yang akan ditanyakan. Wartawan harus pula pandai menjaga supaya tidak kehilangan arah dalam wawancara itu agar mendapatkan keterangan yang diinginkannya. Karena itu, ada kalanya wartawan perlu mengetahui latar belakang atau sifat orang yang akan diwawancarai agar mudah menyesuaikan diri dengannya ketika berhadapan muka.

2.2. Jenis-jenis Wawancara

Jenis Wawancara

§ Man in the street interview. Untuk mengetahui pendapat umum masyarakat terhadap isu/persoalan yang akan diangkat jadi bahan berita.

§ Casual interview. Wawancara mendadak. Jenis wawancara yang dilakukan tanpa persiapan/perencanaan sebelumnya.

§ Personality interview. Wawancara terhadap figure-figur public terkenal. Atau orang yang memiliki kebiasaan/prestasi/sifat unik, yang menarik untuk diangkat sebagai bahan berita.

§ News interview. Wawancara untuk memperoleh informasi dari sumber yang mempunyai kredibilitas atau reputasi di bidangnya.

Berdasarkan Tempat Wawancara

§ Wawancara Studio ( Studio Interview ), yaitu wawancara yang dilakukan di studio televisi maupun radio.

§ Wawancara di lapangan ( On the spot interview ), yaitu wawancara yang dilakukan di lokasi peristiwa atau tempat dimana dilakukan peliputan berita, di tempat di mana bertemu nara sunber.

§ Wawancara pribadi ( personal interview ), yaitu wawancara yang dilakukan di tempat di mana seseorang berada untuk memperoleh pendapat atau data pribadi.

Berdasarkan Tingkat Urgensi Masalah

§ Wawancara Eksklusive , yaitu wawancara tentang suatu masalah yang sangat penting dan paling aktual sehingga perlu segera diketahui khalayak.

§ Wawancara Prediksi, yaitu wawancara yang membicarakan atau membahas tentang kemungkinan atau perkiraan dampak atau akibat dari suatu paeristiwa atau suatu kebijakan penting.

2.3. Sifat-sifat Wawancara

Sifat-sifat Wawancara
Di Lingkungan Pers Internasional, dikenal wawancara yang sifatnya berbeda-beda, ya
itu.
(1)On the record :

Nama dan jabatan pemberi wawancara dapat digunakan sebagai sumber dan keterangannya boleh dikutip langsung.
(2)Background :

Boleh menggunakan kutipan langsung atau menyiarkan keterangan apa pun yang diberikan, tetapi tanpa menyebutkan nama atau jabatan pemberi wawancara sebagai sumbernya. Biasanya digunakan istilah “Sumber Terpercaya di departemen/ badan...” atau” sumber yang berwenang...” menurut persyaratan yang ditentukan oleh pemberi wawancara.
(3)Deep Background :

Tidak boleh menggunakan kutipan langsung atau menyebut nama jabatan atau instansi sumber berita.
(4)Off the record :

Keterangan yang diberikan bukan untuk disiarkan. Wawancara semacam ini berguna bagi wartawan untuk memahami permasalahan.