Sunday, October 25, 2009

komunikasi: presentasi

komunikasi: presentasi

presentation


Information: submit a new information to the audience in the hope the audience will know and understand the topics presented, eg: workshops, seminars, lectures, etc..
Persuasion: aims to change behaviors or habits of the audience, such as: campaign, drug counseling, etc..
Entertaining: aims to entertain the participants, trying to keep attention to our participants.
The first step in the presentation is to select the topic (what will be presented).
Are you interested in the topic?
Do you enjoy speaking they will know about the topic?
Would you like to entertain, inform or persuade?
Will audience be interested in the topic?
Is the topic reply the topic in question is sensitive eye for a group of parties from the audience?
Is there a specific event related to the topic?

After a presentation topic, then how to create and deliver.
Some things are prepared:
What is required to be submitted
Collect materials related presentations
Make a good presentation, and
Use a computer (eg, Powerpoint) as much as possible

Friday, October 23, 2009

BAHASA


Semua yang kita tahu dan kita rasakan di dalam diri hanya dapat diungkapkan dengan bahasa. Kepercayaan, nilai, sikap, pandangan, emosi, dan perasaan lain dalam diri dan bersifat personal, terperangkap dalam diri kita, dapat kita ungkapkan dengan leluasa menggunakan bahasa (meskipun kita-pun dapat mengekspresikannya dengan ekspresi muka, gerak tubuh dan sentuhan).

Bahasa memiliki beberapa fungsi, fungsi utama bahasa adalah untuk memaknai budaya dan sebagai media yang mentransmisikan budaya dari satu generasi ke generasi lainnya. Dalam komunikasi antar budaya, bahasa memiliki fungsi yang lebih dalam lagi, yaitu :

· Conversation (percakapan) à Dalam semua budaya, percakapan adalah konsep dasar dari penggunaan bahasa. Percakapan memfasilitasi semua fungsi dan kegunaan dari bahasa.

· Emotive expression (ekspresi emosi) à Bahasa dapat membebaskan kita untuk mengekspresikan emosi. Bentuk ekspresi ini bisa dari yang paling sederhana (seperti ‘saya merasa sedih’) sampai dengan umpatan dan ungkapan keras lainnya yang mungkin tidak akan sopan bila diucapkan.

· Thingking (berpikir) à Manusia cenderung untuk untuk berpikir secara visual maupun verbal, dan menyatukannya dalam dua bentuk tersebut tergantung dari apa yang sedang dilakukannya. Bagaimanapun, berpikir secara verbal memainkan peranan yang sangat penting dalam proses komunikasi, dimana bahasa berfungsi sebagai instrumen/alat dari pikiran untuk mengungkapkannya hingga dapat dimaknai oleh seseorang.

· Control of reality (meng-kontrol realitas) à Komunikasi juga berfungsi sebagai pengkontrol realitas, sebagai contoh, bila seorang ulama memberikan tausiahnya untuk mengajarkan tentang dosa dan pahala, tentang baik dan buruk dan tentang surga serta neraka.

· Keeping of history (menjaga sejarah) à Bahasa adalah arsip dari sejarah (Emerson dalam Samovar dan Porter). Bahasa berfungsi untuk untuk menyimpan fakta, berarti juga melestarikan sejarah, survey geografi, laporan ilmiah dan catatan bisnis, aturan dari legislative, serta semua data yang dapat disimpan.

ETNOSENTRISME

Etnosentrime adalah suatu perasaan bahwa budaya yang dimiliki oleh seseorang adalah yang terbaik dibandingkan budaya yang lain. Pemikiran ini akhirnya menciptakan suatu standar tertentu untuk budaya lain, agar budaya yang lain sesuai dengan budayanya. Kita menjadi etnosentris bila kita melihat budaya lain lewat kacamata yang sempit dan pemikiran yang dangkal, dikaitkan dengan budaya atau kedudukan social kita. Porter dan Samovar (2004:297).

Secara singkat Etnosentrisme diartikan memandang segala sesuatu dalam kelompok sendiri sebagai pusat segala sesuatu itu dan hal-hal lainnya diukur dan dinilai berdasarkan rujukan kelompoknya.

Dalam etnosentrisme, setiap orang merasa jauh di dalam dirinya menganggap bahwa budayanya adalah yang paling benar. Semua orang di seluruh dunia berasumsi bahwa budayanya adalah yang normal, dan budaya lain seharusnya mengikuti-nya. “Patokan dalam kerangka berpikir” (self-reference criterion) dianggap sebagai konsep yang melandasi munculnya pemikiran etnosentrisme. Dengan patokan tersebut, orang diarahkan untuk mengevaluasi dan melihat segala sesuatu itu dalam pandangan yang dikaitkan dengan latar belakangnya, Varner dan Beamer (2005:22).

Pandangan etnosentrik antara lain berbentuk stereotip. Stereotip adalah generalisasi (biasanya bersifat negatif) atas sekelompok orang (suku, agama, ras) dengan mengabaikan perbedaan-perbedaan individual. Kebanyakan stereotip tidak tepat dan banyak yang keliru.

Contoh stereotip :

Di Australia : Orang-orang Cina sering diasosiasikan dengan pedagang, komunis, gemar perang atau ancaman bagi seluruh dunia.

Orang-orang Jawa dan sunda beranggapan bahwa mereka halus dan sopan dan bahwa orang-orang Batak keras, nekad, suka berbicara keras, pemberang dan suka berkelahi. Tetapi orang Batak sendiri menganggap bahwa mereka pemberani, terbuka, suka berterus terang, pintar, rajin, kuat dan tegar. Mereka menganggap orang-orang Jawa dan Sunda lebih halus dan sopan, tetapi lemah dan tidak suka berterus terang. Apa yang orang Sunda anggap kekasaran, bagi orang Batak justru kejujuran, apa yang orang Sunda anggap kehalusan, bagi orang Batak adalah kemunafikan dan kelemahan

BUDAYA ADALAH KOMUNIKASI


Budaya didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan, hubungan ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok.

Budaya tidak sekedar diartikan sebagai koleksi dari simbol-simbol yang dimaknai bersama dalam suatu komunitas, tapi juga dapat dikatakan sebagai suatu sistem pengetahuan, dibentuk dan dipengaruhi oleh kemampuan masing-masing individu/ manusia, kemudian mengorganisir dan mengolah informasi sehingga menciptakan model internal dari realitas (Keesing dalam Gudykunst dan Young, 1992:13).

Budaya dapat juga didefinisikan sebagai koheren, dapat dipelajari, suatu pandangan dari sekelompok individu, mempengaruhi dan mengarahkan individu untuk bertindak (Varner dan Beamer, 2005:10).

Jadi komunikasi antar budaya dapat didefinisikan juga sebagai suatu transaksi, proses simbolik yang melibatkan berbagai atribut dan pemahaman diantara individu/ manusia dari berbagai budaya (Gudykunst dan Young dalam Communicating with Strangers, 1992)

Bila budaya adalah hasil keseluruhan dari perilaku yang dapat dipelajari oleh suatu individu atau kelompok, yang mana akhirnya dikenal sebagai suatu tradisi yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi lain, maka komunikasi antar budaya di artikan sebagai suatu komunikasi antar manusia yang berbeda-beda budaya (Rich dalam Interracial Communication, 1974)

Budaya dan komunikasi tidak dapat dipisahkan oleh karena budaya tidak hanya menentukan siapa bicara dengan siapa, tentang apa, dan bagaimana orang menyandi pesan, makna yang ia miliki untuk pesan, dan kondisi-kondisinya untuk mengirim, memperhatikan dan menafsirkan pesan.

Budaya dan komunikasi mempunyai hubungan timbal balik, budaya menjadi bagian dari perilaku komunikasi, dan pada gilirannya komunikasi turut menentukan, memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya.

Dalam suatu komunikasi antar budaya dikenal dengan istilah komunikasi high-context dan low-context, dimana dalam konteks tinggi pesan dapat berupa tidak langsung, memiliki makna tertentu, multilevel dam implisit (contohnya adalah pada budaya-budaya asia dan timur, seperti Jepang, Indonesia dan lain-lain), sedangkan pada komunikasi konteks rendah, pesan disampaikan secara terbuka, jelas, dengan makna eksplisit, ’tanpa tedeng aling-aling’, sehingga langsung dapat dipahami (contohnya pada budaya barat, seperti amerika, jerman, dan lain-lain).

Saturday, October 10, 2009

Tahapan membuat artikel ilmiah populer

Membuat Karya Tulis Ilmiah Populer


Pertama, tahap persiapan atau prapenulisan adalah ketika penulis menyiapkan diri, mengumpulkan informasi, merumuskan masalah, menentukan fokus, mengolah informasi, menarik tafsiran terhadap realitas yang dihadapinya, berdiskusi, membaca, mengamati, dan lain-lain yang memperkaya masukan kognitif yang akan diproses selanjutnya.


Kedua
, tahap inkubasi adalah ketika pembelajar memproses informasi yang dimilikinya sedemikian rupa, sehingga mengantarkannya pada ditemukannya pemecahan masalah atau jalan keluar yang dicarinya. Proses inkubasi ini analog dengan ayam yang mengerami telurnya sampai telur menetas menjadi anak ayam.


Ketiga, tahap iluminasi adalah ketika datangnya inspirasi atau insight, yaitu gagasan datang seakan-akan tiba-tiba dan berloncatan dari pikiran kita. Pada saat ini, apa yang telah lama kita pikirkan menemukan pemecahan masalah atau jalan keluar. Iluminasi tidak mengenal tempat atau waktu. Ia bisa datang ketika kita duduk di kursi, sedang mengendarai mobil, sedang berbelanja di pasar atau di supermarket, sedang makan, sedang mandi, dan lain-lain.

Jika hal-hal itu terjadi, sebaiknya gagasan yang muncul dan amat dinantikan itu segera dicatat, jangan dibiarkan hilang kembali sebab momentum itu biasanya tidak berlangsung lama. Agar gagasan tidak menguap begitu saja, seorang pembelajar menulis yang baik selalu menyediakan ballpoint atau pensil dan kertas di dekatnya, bahkan dalam tasnya ke mana pun ia pergi.


Keempat, tahap terakhir yaitu verifikasi, apa yang dituliskan sebagai hasil dari tahap iluminasi itu diperiksa kembali, diseleksi, dan disusun sesuai dengan fokus tulisan. Mungkin ada bagian yang tidak perlu dituliskan, atau ada hal-hal yang perlu ditambahkan, dan lain-lain. Mungkin juga ada bagian yang mengandung hal-hal yang peka, sehingga perlu dipilih kata-kata atau kalimat yang lebih sesuai, tanpa menghilangkan esensinya.


Beberapa Catatan Penting yang Perlu Diperhatikan Dalam Penulisan Karya tulis Ilmiah Populer

1. Dalam konsep penulisan hard news (berita singkat) ada sistem yang disebut alur piramida terbalik, yang berarti dimulai dari informasi yang terpenting sampai ke detail yang kurang penting. Keuntungannya, pembaca cepat mendapat informasi utama. Untuk sebuah karya ilmiah seperti ilmiah populer, model ini kurang tepat untuk digunakan. Sebab terkesan membosankan. Hal yang terpenting sudah diketahui di awal, pembaca merasa sudah cukup dengan paragraf-paragraf awal. Tidak ada unsur menggelitik rasa ingin tahu lebih lanjut. Walau tidak salah, sistem penulisan seperti ini akan mengurangi daya tarik sebuah karya tulis ilmiah.

2. Tentukan secara pasti, Kepada siapa anda menyajikan tulisan anda, media apa yang anda pilih (internet, televisi, koran, majalah, radio, dsb), gaya penulisan apa yang paling tepat, serta kira-kira berapa lama pembaca meluangkan waktu untuk membaca tulisan anda.

Walau factor-faktor ini lazim digunakan untuk semua jenis karya tulis, tapi untuk penulisan ilmiah populer ia menjadi lebih urgen. Karena sekali lagi, sesungguhnya ilmiah populer adalah papan yang menjembatani antara ilmu dengan masyarakat umum. Sehingga pemilihan kata, pertimbangan segmen tulisan, termasuk kemungkinan waktu pembaca amat penting dipertimbangkan.

3. Kecerdasan menentukan topik bahasan akan sangat berpengaruh kepada menarik atau tidaknya hasil karya tulis. Ada beberapa kiat untuk menarik minat pembaca terhadap sebuah tulisan seperti ilmiah populer, di antaranya:

a. Kaitkan dengan kondisi actual

b. Kaitkan dengan aktivitas sehari-hari

c. Perkenalkan ilmu atau temuan baru

d. Bahas permasalahan dengan sudut pandang yang baru, atau berbeda dengan bahasan-bahasan topik sejenis.

humas

PR dan Kehumasan

q Kehumasan/Humas Merupakan konsep PR (”terjemahan”) yang dipergunakan di Indonesia.

q Dalam pelaksanaan kerjanya (Indonesia) seringkali masih pada tataran State of Being bukan method of communication.

q State of Being à hanya sebagai perwujudan kegiatan berkomunikasi

Method of communication à rangkaian /sistem kegiatan yang dilaksanakan secara khas(khusus)

q Perwujudan kegiatan komunikasi yang dilembagakan dalam bentuk biro, bagian atau seksi, merupakan istilah PR/Humas dalam pengertian State of Mind.

q Pekerjaan PR di Indonesia masih pada tataran ini, hanya membentuk biro/seksi/bagian atau menyatu dengan bagian lain.

q Berdasarkan fungsi dan tanggungjawab pekerjaan, masih menjalankan fungsi publisitas belum banyak meyentuh hal yang terkait kegiatan PR sebagai method of

communication


Sejarah Kehumasan di Indonesia

q Sebagai state of being baru dikenalkan

tahun 1950-an. Menggunakan istilah

“Hubungan Masyarakat”/Humas

q Pengembangan secara akademik tahun 1960.

q Tahun 1967 dibentuk Badan Kerja Sama (BKS)

Antar Humas-humas Pemerintah yang terdapat

dalam departemen kabinat RI

q Tahun 1970 BKS menjadi Badan Koordinasi

(BAKOR) Kehumasan Pemerintah

q 1971 berubah menjadi Badan Koordinasi

Kehumasan Pemerintah (BAKOHUMAS)

q 1976 berdiri Bakohumas daerah

q 1977 Bakohumas mengikuti Federation of the

Asean PR Organizations (FAPRO) di Malaysia

q Maret 1981 Indonesia menjadi tuan rumah

FAPRO ke-dua.

q Selain itu PR memiliki organisasi profesi yaitu

Perhumas (Perhimpunan Hubungan

Masyarakat Indonesia) dan APPRI

(Asosiasi Perusahaan PR Indonesia)

Implikasi Manajemen PR dan Kehumasan

q Kegiatan PR dan Kehumasan tidak hanya sekedar mendirikan Biro, seksi, atau bagian dalam suatu organisasi tetapi bagaimana tugas dan fungsi sebenarnya dijalankan.

q Hal ini berkaitan dengan kedudukan PR dalam manajemen (secara struktural) dan tugas praktisi PR yang harus mampu menjalankan fungsi manajemen dalam melaksanakan kegiatan PR

q Implikasi terhadap kedudukan PR dalam manajemen, seringkali mengalami overlapping.

q Kekacauan sering terjadi karena adanya

pemahaman yang berbeda baik dari

pimpinan maupun staf organisasi


Fungsi PR dalam manajemen cukup berat, dintaranya untuk menciptakan :

1. Good Image (citra baik)

2. Goodwill (itikad baik)

3. Mutual Understanding ( saling pengertian)

4. Mutual Confidence (salingmempercayai)

5. Mutual Appreciation (saling menghargai)

6. Tolerence (Toleransi)'


C I T R A

1. Citra Bayangan (Mirror Image)

Citra yg melekat pada orang dalam/anggota organisasi – biasanya pimpinan – mengenai tanggapan orang luar ttg organisasinya. Seringkali citra ini tidak tepat/sesuai dengan kenyataannya

2. Citra yang berlaku (Current Image)

Citra /pandangan yg dianut orang luar terhadap

organisasi. Citra ini cenderung negatif, dan

sangat ditentukan oleh banyak/sedikitnya

informasi yang dimiliki orang tsb.

3. Citra yang diharapkan (Wish Image)

Citra yg diinginkan oleh manajemen, secara umum berkonotasi pada citra yg baik.

4. Citra Perusahaan (Corporate Image)

Citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, bukan sekedar citra produk/pelayanannya. Citra majemuk (Multiple Image)

5. Citra perusahaan secara keseluruhan. Variasi citra harus ditekan sedemikian mungkin dengan

cara misalnya menggunakan seragam, menyamakan jenis dan warna mobil,

bentuk bangunan, desain papan nama,

materi display, interior toko yang khas, dll

Sunday, October 4, 2009

Diafragma & Sutter

DIAFRAGMA

  • Diafragma adalah bukaan lensa yang menentukan jumlah cahaya yang mengenai permukaan film atau sensor. Ukuran pembukaan ini diatur oleh sistem diafragma yang terbuat dari bilah-bilah overlapping yang dapat diatur, serupa dengan pupil pada mata kita. Diafragma mempengaruhi exposure dan depth of field (DOF)
  • Seperti angka-angka berurutan pada shutterspeeds, angka-angka berurutan diafragma halve jumlah cahaya yang masuk. Untuk mendapatkan ini, diafragma mengurangi diameter dengan faktor 1.4 (= akar dari 2) , jadi luas bukaan lensa (diafragma) pada angka yang berurutan menjadi setengahnya.
  • Karena prinsip-prinsip sifat optik, nilai absolut bukaan lensa atau diafragma tergantung pada focal-length lensa. Contohnya, diameter bukaan lensa 25mm pada sebuah lensa tele 100mm mempunyai efek yang sama dengan diameter bukaan lensa 50 mm pada lensa tele 200mm (bila diameter bukaan lensa dibagi dengan focal-length didapat angka ¼). Bagi fotografer, angka bukaan lensa sebagai fraksi dari focal-length lebih praktis dibanding angka absolut ukuran bukaan lensa . Nilai-nilai "relative apertures" ini disebut f-numbers atau f-stops. Pada barrel lensa1/4 dituliskan sebagai f/4 atau F4 atau 1:4.
  • Kesimpulan: angka-angka diafragma berikutnya mempunyai diameter 1.4 kali lebih kecil, jadi f-stop setelah f/4 adalah (f/4 x 1/1.4) atau f/5.6. "Stopping down" lensa dari f/4 ke f/5.6 akan melewatkan setengah jumlah cahaya dari sebelumnya (ini berlaku utk semua focal-length lensa / independent of focal-length of lens).
  • Karena f-number adalah fraksi dari focal-length, bila angka f-numbers lebih ‘tinggi’ berarti bukaan lensa lebih kecil

SHUTTER FIXED

  • Shutter dalam keadaan normal selalu menutupi sensor pada kamera DSLR
  • Bila tombol release ditekan, shutter akan membuka sejenak sesuai dengan angka kecepatan yang dipilih (mode: Manual atau Shutter priority automatization)
  • Kecepatan shutter yang bisa dipilih tergantung pada mekanisme sistem shutter dapat berupa angka-angka 1/x detik yang fix ataupun continuous
  • Kecepatan shutter fixed: 1, 2, 4, 8, 15, 30, 60, 125, 250, 500, 1000, 2000, 4000 yang menunjukkan sepersekian detik
  • Pada kecepatan shutter yang kontinu: angka-angka shutter adalah semua angka bulat antara 1 sampai 2000 atau 4000
  • Shutter terbuka à cahaya mengenai sensor à terjadi eksposur à shutter menutup
  • Mekanisme lain: sensor di “on-off” kan secara elektronik utk durasi waktu yang dipilih


EXSPOSURE


Kecepatan shutter

8

15

30

60

125

250

500

Angka diafragma

32

22

16

11

8

5.6

4

Produk fotografi merupakan bagian dari media komunikasi modern Foto, dan produk fotografi lainnya, digunakan sebagai:
Ilustrasi menyertai berita dalam media cetak
Bagian dalam media instruksional
Berita itu sendiri (majalah LIFE, Jakarta-jakarta)
Bagian dari multimedia (internet, komunikasi wireless, game interaktif)
Bagian dari media siaran (broadcast media) seperti TV
Film (sinema)
Tokoh-tokoh fotografi
Indonesia
 Mendur bersaudara
 Darwis Triadi
Internasional
 M. B. White
 H. C. Bresson
 E. Steichen
 R. Capa
 A. Adam

Teknik Fotogafi
Fast discharge photo – dapat menyampaikan pesannya dengan cepat/instant
 Tipikal foto-foto berita
Soft discharge photo - menyampaikan pesannya lebih lambat (membutuhkan waktu untuk dapat memahami pesan yang dikandung dalam foto itu)
 Tipikal foto-foto salon

ETIKA DALAM MENGAMBIL FOTO

Mengambil gambar/foto di ruang publik berbeda-beda di tiap kawasan, tempat atau negara. Sebagai gambaran, kita (di Indonesia) bisa dengan nyaman memotret anak-anak di pinggiran kampung atau dimana saja saat mereka bermain. Tapi jangan harap bisa semudah ini di Australia, mereka punya undang-undang tegas tentang perlindungan anak, maka memotret mereka lagi bermain sekalipun, tanpa ijin orang tuanya akan membawa kita ke penjara. Dianggap eksploitasi anak!

Di Indonesia relatif mudah untuk mendekati, meminta ijin dan memotret. Bahkan sebagian masyarakat kita tidak acuh dan senang saja saat diambil gambarnya, dalam jarak dekat sekalipun
Sebaiknya, di manapun kita mau memotret, apalagi obyeknya adalah manusia, mintalah ijin dahulu, dekati dengan ramah, buat mereka dalam kondisi nyaman dan tidak asing dgn kita (fotografer). 90 persen orang akan dengan senang hati menerima kedatangan kita saat diajak bicara dahulu. Namun untuk beberapa kondisi, fotojurnalis boleh saja mengambil gambar langsung untuk mendapatkan momen yang natural. Tapi jangan lupa bicarakan maksud kita usai memotret. Katakan dengan benar apa adanya. Misal untuk sekedar belajar atau kepentingan pemberitaan yang baik. Jika mereka paham kita lega, namun jika mereka keberatan, jangan mencoba mempublikasikan foto tsb secara umum. Selain tidak menghormati privacy, mereka juga bisa menuntut kita.
 Perkantoran dan mall sering dianggap sebagai ruang publik. Padahal tidak, mereka ibarat pemilik rumah dan halamannya. Apalagi jika disetiap sudut ruang mall ada larangan memotret. Kita tidak boleh seenaknya mengambil foto. Meski tidak semua mall dengan jelas mengumumkannya.
 Namun, etika jurnalistik membolehkan kita memotret rumah seseorang, kantor atau mall jika mereka terlibat dalam sebuah kasus yang layak dan berhak untuk diketahui publik. Misal: jika sebuah institusi atau seseorang punya masalah yang dampaknya merugikan banyak orang, katakanlah mall yg punya masalah dengan sistem pengolahan limbah yang mencemari kampung sekitarnya. Kita dibolehkan mengambil gambarnya, demi kepentingan publik.

Aspek Tumpuan Fotografer

Banning dan Rossa Varhouven (Belanda): ada 5 aspek pokok yang yang harus menjadi tumpuan, yakni content, person, style, lokasi dan lighting. Pewarta foto yang sukses dalam setiap jepretannya adalah mereka yang bisa memadukan kelima aspek tersebut.
Hal yang paling dibutuhkan untuk menjadi pewarta foto adalah kecintaan pada fotografi. Bahkan itu seharusnya menjadi idealisme foto jurnalis. Menurut Banning, hal mutlak yang harus dimiliki seorang pewarta foto adalah The Power of Observation. Dari hal ini pewarta foto bisa menghasilkan foto-foto decisive moment yang baik.
Produk fotografi merupakan bagian dari media komunikasi modern
Foto, dan produk fotografi lainnya, digunakan sebagai:
Ilustrasi menyertai berita dalam media cetak
 Bagian dalam media instruksional
 Berita itu sendiri (majalah LIFE, Jakarta-jakarta)
 Bagian dari multimedia (internet, komunikasi wireless, game interaktif)
 Bagian dari media siaran (broadcast media) seperti TV
 Film (sinema)
Tokoh-tokoh fotografi
 Indonesia
 Mendur bersaudara
 Darwis Triadi
 Internasional
 M. B. White
 H. C. Bresson
 E. Steichen
 R. Capa
 A. Adam
 Fast discharge photo – dapat menyampaikan pesannya dengan cepat/instant
 Tipikal foto-foto berita
 Soft discharge photo - menyampaikan pesannya lebih lambat (membutuhkan waktu untuk dapat memahami pesan yang dikandung dalam foto itu)
 Tipikal foto-foto salon
 Mengambil gambar/foto di ruang publik berbeda-beda di tiap kawasan, tempat atau negara. Sebagai gambaran, kita (di Indonesia) bisa dengan nyaman memotret anak-anak di pinggiran kampung atau dimana saja saat mereka bermain. Tapi jangan harap bisa semudah ini di Australia, mereka punya undang-undang tegas tentang perlindungan anak, maka memotret mereka lagi bermain sekalipun, tanpa ijin orang tuanya akan membawa kita ke penjara. Dianggap eksploitasi anak!

 2) Di Indonesia relatif mudah untuk mendekati, meminta ijin dan memotret. Bahkan sebagian masyarakat kita tidak acuh dan senang saja saat diambil gambarnya, dalam jarak dekat sekalipun
Sebaiknya, di manapun kita mau memotret, apalagi obyeknya adalah manusia, mintalah ijin dahulu, dekati dengan ramah, buat mereka dalam kondisi nyaman dan tidak asing dgn kita (fotografer). 90 persen orang akan dengan senang hati menerima kedatangan kita saat diajak bicara dahulu. Namun untuk beberapa kondisi, fotojurnalis boleh saja mengambil gambar langsung untuk mendapatkan momen yang natural. Tapi jangan lupa bicarakan maksud kita usai memotret. Katakan dengan benar apa adanya. Misal untuk sekedar belajar atau kepentingan pemberitaan yang baik. Jika mereka paham kita lega, namun jika mereka keberatan, jangan mencoba mempublikasikan foto tsb secara umum. Selain tidak menghormati privacy, mereka juga bisa menuntut kita.
 Perkantoran dan mall sering dianggap sebagai ruang publik. Padahal tidak, mereka ibarat pemilik rumah dan halamannya. Apalagi jika disetiap sudut ruang mall ada larangan memotret. Kita tidak boleh seenaknya mengambil foto. Meski tidak semua mall dengan jelas mengumumkannya.
 Namun, etika jurnalistik membolehkan kita memotret rumah seseorang, kantor atau mall jika mereka terlibat dalam sebuah kasus yang layak dan berhak untuk diketahui publik. Misal: jika sebuah institusi atau seseorang punya masalah yang dampaknya merugikan banyak orang, katakanlah mall yg punya masalah dengan sistem pengolahan limbah yang mencemari kampung sekitarnya. Kita dibolehkan mengambil gambarnya, demi kepentingan publik.
 Banning dan Rossa Varhouven (Belanda): ada 5 aspek pokok yang yang harus menjadi tumpuan, yakni content, person, style, lokasi dan lighting. Pewarta foto yang sukses dalam setiap jepretannya adalah mereka yang bisa memadukan kelima aspek tersebut.
 Hal yang paling dibutuhkan untuk menjadi pewarta foto adalah kecintaan pada fotografi. Bahkan itu seharusnya menjadi idealisme foto jurnalis. Menurut Banning, hal mutlak yang harus dimiliki seorang pewarta foto adalah The Power of Observation. Dari hal ini pewarta foto bisa menghasilkan foto-foto decisive moment yang baik.

SEJARAH KOMUNIKASI



Sejarah fotografi

Fotografi – perekaman gambar dengan cara menangkap cahaya pada medium yang peka cahaya seperti film atau sensor elektronik. Pola cahaya yang dipantulkan oleh benda-benda atau cahaya yang dikeluarkan oleh benda meng-expose bahan kimia silver halida atau medium elektronik dalam suatu durasi pencahayaan tertentu (timed exposure), biasanya melewati suatu lensa fotografik, di dalam alat yang disebut kamera yang juga menyimpan informasi yang dihasilkan secara kimiawi atau elektronik

Fotografi mempunyai banyak kegunaan, baik dalam bisnis maupun hiburan. Sering menjadi dasar periklanan dan dalam penerbitan fashion. Fotografi juga dapat dipandang sebagai penjelajah (endeavor) komersial dan artistik

Produk photography disebut photograph disingkat photo.

Bahasa Indonesia: fotografi foto

Fotografi adalah hasil dari perpaduan beberapa penemuan teknis. Lama sebelum foto-foto pertama dibuat, Ibn al-Haytham (Alhazen) (965–1040) menemukan camera obscura dan pinhole camera,[1] Albertus Magnus (1193–1280) menemukan silver nitrate, dan Georges Fabricius (1516–1571) menemukan silver chloride. Daniel Barbaro menjelaskan tentang sebuah diafragma pada tahun 1568. Wilhelm Homberg menerangkan bagaimana cahaya menghitamkan beberapa bahan kimia (photochemical effect) tahun 1694. Buku fiksi Giphantie ( oleh pengarang Perancis Thiphaigne de La Roche, 1729-1774) menceritakan apa yang kini diinterpretasikan sebagai fotografi

>

SEMBILAN TONGGAK SEJARAH FOTOGRAFI

  1. Heliography, Joseph Niépce, 1826-7
  2. Daguerreotype, Louis Daguerre, 1939
  3. Calotype, Henry Talbot, 1839
  4. Wet-Collodion, Frederick Archer, 1851
  5. Color Materials (James Clerk Maxwell, 1861, Lumière Brothers, 1903 )
  6. Gelatin-Bromide (Richard Maddox, 1871, Eadweard Muybridge, 1878 ,

George Eastman, 1888

  1. Holography , Dennis Gabor, 1947
  2. Instant (Polaroid), Edwin Land, 1948
  3. Digital , Sony Mavica, 1984


Thursday, October 1, 2009

shearing

TeMAN"
yuks gabung,,
share......tentang komunikasi!!!
bersama lebih baik kan.......!